Jumat, 31 Januari 2014

DIRIKU ISTIMEWA

PADA zaman dahulu, hiduplah seorang guru yang sangat bijaksana. dia membuka 'sekolah kehidupan' bertempat dipunggung sebuah gunung, yang dibawahnya terbentang persawahan dan perkampungan penduduk. Sekolah ini menarik, karena mengajarkan bagaimana setiap orang agar hidup lebih baik, menyediakan diri untuk menyepi sambil dibimbing oleh sang guru. Kalo dirasa cukup, setiap murid yang dipandang mampu oleh guru disuruh menyebarkan kebenaran-kebenaran tentang kehidupan.

Ada seorang murid yang dipandang pantas untuk segera menamatkan di sekolah kehidupan ini. Pemuda tersebut cerdas, memiliki komitmen, visi dan semangat juang yang tinggi. Namun sayang, dia mengalami kesulitan berbicara alias gagu. Ketika sang guru menawarkan kepadanya untuk segera 'turun gunung' dalam rangka menjalankan tugas dakwah, pemuda ini pun langsung mengelak. Dia merasa belum pantas dan masih terlalu muda. Bagaimana mungkin ia yang masih relatif muda mampu memberitakan kebenaran kepada penduduk desa tempat ia tinggal, apalagi dia mengalami gangguan berbicara.

Sambil tersenyum, guru ini meminta di pemuda untuk menuliskan apa yang dirasakannya ketika sang guru memberikan potongan mangga yang asam ke mulut pemuda tersebut, ia pun menulis "asam". Lalu ia memberikan potongan pepaya yang manis ke mulutnya, ia pun menulis "manis". Kemudian, sang gurupun mengajak pemuda tersebut melihat bagaimana ia memberikan kedua potongan makanan tersebut kepada burung beo miliknya. Ketika potongan mangga yang asam diberikan kepada burung beo ini, burung beo ini pun bertiak, "Asam ... asam ...!" Lalu, burung beo tersebut diberikan potongan pepaya yang manis, dan kembali burung beo tersebut berteriak dengan suara keras, "Asam ... asam ...!".


Guru tersebut mengatakan bahwa kebenaran bukan sesuatu yang harus dihapalkan dan di ucapkan saja. Karena seseorang lebih mempercayai kebenaran melalui tingkah laku dari pada hanya ucapan-ucapan yang indah. Kebenaran harus diyakini benar dan kemudian taat kepada semua syariat-Nya.

Siapakah di dunia ini yang lahir tanpa kekurangan? Jawabannya, tidak ada! kalaupun manusia melihat ada yang begitu sempurna, pada dasarnya ia belum sempurna karena mungkin ada kekurangan yang masih ditutupi agar tidak terlihat oleh lingkungannya. Rasanya tidak pas jika ada yang mengklaim bahwa manusia memiliki potensi yang tidak terbatas, sebab hanya Allah sendiri yang tidak terbatas. Ketika Allah berkehendak untuk menghentikan napas kehidupan seseorang maka segala kelebihan yang ada pada manusia pun akan sirna. Namun langkah yang terpenting adalah, bagaimana kita menerima keberadaan diri dan melihat potensi diri yang masih bisa dikembangkan lebih lanjut.

Jadi, mulai saat ini, lakukan perbuatan baik dan positif yang bisa dilakukan sekecil apapun. Tutup mulut untuk keluh-kesah, upayakan senantiasa bersyukur, serta lakukan inventarisasi kelebihan  dan kekurangan diri. Dengan sering mengucapkan syukur dan merenungkan makna kehidupan, kita akan semakin menyadari bahwa sebenarnya setiap diri kita berharga dan istimewa di mata Sang Pencipta kalo kita mau memberikan kebaikan pada orang lain. Akhirnya pemuda ini pun dengan yakin dan semangat untuk segera 'turun gunung'.



Kamis, 30 Januari 2014

Bertemu Allah Tak Harus di Surga

Ketika kubuka mataku dari nikmatnya tidur yang lelap. Aku teringat bahwa Rasul menyuruh untuk mengucap alhamdulillah. Ketika kuambil air wudhu untuk menyucikan diri, bertemulah aku dengan dinginnya air di pancuran kamar mandi. Ketika ku langkahkan kakiku keluar dari pintu, kembali aku teringat ketika Rasul terkasih mengajarkan doa disetiap saat dan waktu.

Ketika terdengar suara panggilan azan Subuh, berulang kali aku berbisik menjawab untuk mengagungkan Tuhanku,
Ketika bilal melantunkan iqamah sebagai tanda shalat jemaah harus dimulai, dengan penuh rasa cinta, takut, dan haru, kuluruskan safku di antara saudara-saudaraku.

Ketika kuangkat kedua tanganku untuk memulai shalatku, kurasakan betapa semakin kecilnya diriku
Dan ketika keningku menyentuh sajadah tempat sujudku, semakin terasa betapa rendahnya diriku.

Ya Rabbi, Penggenggam langit dan bumi
Subuh dan Dhuhur, Ashar, Maghrib, bahkan Isya' dan Dhuha, adalah waktu-waktu yang Engkau ciptakan agar kami semua tidak terlena dalam perangkap kehidupan dunia.
Dan ketika malam tiba, ketika semua orang lelap dalam kealpaannya, Rasul-Mu bangun dari tidurnya, memberi teladan yang tak terkatakan indahnya,
sujud begitu lama, rukuknya tumaknina, di bilik yang sangat sederhana, air matapun bercucuran sebagai tanda cinta dan syukur tiada tara.

Ya Kariim,
Ketika kulihat anak-anak jalanan, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, kuteringat ayat-Mu yang sangat indah, bahwa manusia yang menghardik mereka, adalah Engkau katakan sebagai pendusta agama.
Ketika kulihat para pekerja yang sibuk dengan pekerjaannya, kuteringat lagi akan ayat-Mu, bahwa yang Engkau nilai bukanlah hasil kerjanya, tetapi bagaimana sikap mereka dalam melakukan pekerjaannya.

Ya Aliim,
Ketika kurenungi lembaran buku pelajar dan juga literatur mahasiswa, matematika, biologi, dan fisika, manajemen, akuntansi dan bahasa, bahkan ilmu hukum, kedokteran, dan informatika,
aku pun terpaku, dan mataku menjadi berkaca-kaca, karena di setiap lembaran itu kembali aku bertemu dengan keindahan 'wajah-Mu'.

Ya Rahmaan,
Ketika hujan dan panas silih berganti mewarnai bumi ini, banyak orang kecewa karena merasa terhalang aktivitasnya.
Ketika persoalan demi persoalan menimpa setiap manusia, banyak yang sedih bahkan ada yang menuduh Engkau tidak adil padanya, tapi kutahu, bahwa semua itu adalah demi kasih sayang-Mu kepada kami semua.

Dengan adanya hujan, kami tidak lagi gersang.
Dengan adanya panas, cuaca menjadi benderang.

Dengan adanya cobaan, manusia memang harus berjuang.
Dengan adanya persoalan, manusia akan menjadi matang.


Ah...rasanya tak ada sedetik pun sebuah peristiwa yang bukan karena kasih-Mu. Tak ada sebutir benda pun yang bukan karena kesengajaan-Mu. Dan tak satu pun makhluk hidup yang bergerak, kecuali karena ketetapan-Mu.

Rabbi,
Sungguh kini aku menjadi semakin sadar, kemana saja mata memandang, malam ataukah siang, sendirian ataukah banyak orang, kami semua pasti bertemu dengan-Mu. Sayang, jika di antara hamba-Mu banyak yang tidak merasakan hal itu,

Karenanya, ya Hayyu, ...
Berilah aku ilmu dan hati, agar aku mampu dan bisa merasakan betapa nikmatnya bertemu dengan-Mu, di setiap saat, di sepanjang waktu...


Taufik Djafri


Pemilu 2019 Di Desa Simpur Kab. HSS

Hari ini Rabu, 17 April 2019... Pertama kalinya dalam sejarah demokrasi di Indonesia, pemilu dilaksanakan serentak memilih...